Senin, 04 Januari 2010

Hikmah Dibalik Pergantian Tahun

Saudara-saudara, kita sebenarnya tidak perlu memperingati atau merayakan tahun baru. Yang perlu kita lakukan adalah menumbuhkan tekad atau komitmen untuk punya semangat baru. Kita harus rayakan semangat baru itu pada tahun baru ini. Ya, semangat untuk punya rasa mandiri, tidak minder sebagai bangsa yang besar dengan potensi alam yang besar. Jangan kita rendah diri. Kita harus punya keberanian untuk percaya diri di depan bangsa-bangsa di dunia. Jangan sampai kita kalah dengan negara tetangga kita, yang kecil bahkan kebutuhan airnya saja itu harus ngimpor tetapi punya percaya diri yang besar. Kita harus bersatu untuk sukses hidup.

Hari demi hari berlalu, demikian juga minggu, bulan, dan tahun. Tak terasa kita sudah berada di tahun baru 2010 M, tahun dimana harus meningkatnya seluruh kegiatan, perbuatan, dan amal kita kepada yang lebih baik dari yang sebelumnya. Kita pun selalu mendengar dalam sebuah hadist yang dikatakan:

“Barangsiapa yang harinya lebih baik dari yang kemarin, maka dia beruntung, barangsiapa yang harinya sama dengan hari yang kemarin maka ia merugi, barangsiapa yang harinya lebih jelek dari yang kemarin, maka dia celaka.”

Kita, baik secara individu maupun masyarakat, dalam hari-hari yang telah berlalu itu, senantiasa mengisi lembaran-lembaran yang setiap tahun kita tutup untuk kemudian membuka lagi dengan lembaran-lembaran baru pada tahun berikutnya. Lembaran-lembaran itu adalah sejarah hidup kita secara amat rinci. Itulah kelak yang akan disodorkan kepada kita untuk dibaca dan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT pada hari kiamat nanti.

“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu.” (Al-Israa’: 14),

kemudian Allah SWT pun berfirman dalam surat Al-Jaatsiyah ayat 28:

“Dan (pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut, tiap-tiap umat dipanggil untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan terhadap apa yang Telah kamu kerjakan.”

Oleh karena itu sebaiknya kita mengetahui bahwa keimanan terhadap penghisaban pada hari kiamat mewajibkan disegerakannya koreksi diri dan persiapan diri. Kita pun seringkali mendengar, “Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.”

Allah SWT juga berfirman dalam surat Al-Anbiyaa’ ayat 47:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan.”

Dan barang siapa menghisab dirinya termasuk waktu-waktu yang dipergunakan dan apa yang ia pikirkan, niscaya akan ringan kesedihan yang harus ditanggung di hari kiamat nanti. Tetapi barangsiapa tidak menghisab dirinya, maka kekal-lah kesedihannya dan menjadi banyak pemberhentiannya di hari kiamat. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (Ali ‘Imran: 200)

Setelah kita mengetahui dan kita melihat segala kekurangan dalam diri kita, maka kita harus ingat selalu terhadap firman Allah SWT dalam surat Ar-Ra’d ayat 11:

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

Begitulah bunyi sebuah ayat yang menafikan secara tegas ketentuan sejarah dan secara tegas pula sikap terdalam manusia sebagai penentu sejarah. Dari sini dapat dipahami mengapa para Nabi memulai langkah mereka dengan menanamkan kesadaran terdalam dalam jiwa ummat. Dari mana kita datang? Kemana kita akan menuju? Bagaimana alam ini terwujud dan ke arah mana ia bergerak? “Semua dari Allah dan akan kembali kepadaNya” dan “Akhir dari segala siklus adalah kembali ke permulaan,” demikian para filosof muslim merumuskan.

Nah, kalau manusia atau masyarakat mampu mengisi hari-hari yang berlalu dalam hidupnya atas dasar kesadaran diatas, maka disanalah dia akan memperoleh kebahagiaan abadi. Dengan ini semua dan dengan pergantian tahun hijriah ini mari kita merubah mulai dari diri kita sendiri, karena adalah mimpi bisa merubah apapun dengan baik tanpa diawali merubah diri sendiri, kita perbaiki diri sendiri berarti kita mulai memperbaiki segalanya. Selanjutnya mulai dari hal yang terkecil, karena tak ada prestasi besar, kecuali rangkaian prestasi kecil dan mudah. Kemudian mari kita mulai dari saat ini juga, janganlah menunda, karena belum tentu ada hari esok, keberuntungan kita adalah kebaikan yang kita laksanakan saat ini.

Pergantian tahun, hakekatnya adalah sama dengan pergantian bulan hari, siang dan malam, juga detik demi detik. Pergantian waktu substansinya adalah dari nafas yang satu ke nafas berikutnya, dan pertanyaan mendasar adalah bagaimana kita telah mengelola nafas yang telah diberikan oleh Allah swt. Pergantian tahun harusnya menyadarkan kita bhw kita semakin jauh dari dunia dan semakin dekat ke akhirat.

Apakah waktu-waktu yang telah kita lalui, lebih banyak digunakan untuk bertaqarub, bersyukur, atau bahkan sebaliknya hari-hari yang kita lalui lebih banyak untuk bermaksiat ria dengan segala pranata dunia seisinya. Seandainya saja, waktu yang telah kita lalui lebih banyak melupakan Allah, selalu tidak bersyukur atas anugerah-Nya, bahkan mempergunakan nikmat-nikmat Allah sebagai sarana untuk menentangNya, maka pantaslah jika pergantian tahun ini kita isi dengan BERTAUBAT, dan bukan dengan hal-hal yang sia-sia bahkan dgn hal-hal yang dilarang agama

0 komentar:

Posting Komentar