Kamis, 15 Oktober 2009

MEMBANGUN NAGORI UNTUK CINTA DAN TAKUT HANYA KEPADA ALLAH SWT

oleh : Anwal, Malaysia
Wabah penyakit paling parah, berbahaya dan kronis yang menimpa dunia saat ini ternyata bukanlah sakit jantung, kanker, tumor, paru-paru, flu burung atau yang lainnya. Karena penyakit-penyakit yang disebutkan tersebut, jika si penderitanya sabar dan redha kepada Allah maka akan mejadi penghapus dosa-dosanya dan mendapat nilai di sisiNya.Lalu apa sebenarnya wabah penyakit yang kronis menimpa dunia hari ini? Penyakit ini sering tidak dianggap penyakit karena dia bersifat ruhani atau maknawi, nama penyakit ini adalah penyakit tidak takut dan tidak cinta pada Allah SWT.
Tidak takut dan tidak cinta pada Allah adalah penyakit besar yang sedang melanda dunia saat ini. Orang yang tidak takut dan tidak cinta pada Allah, kalau dia tidak berbuat jahat pada orang lain, dia tetap dianggap jahat secara hakikatnya. Paling tidak menurut pandangan Allah. Jika menurut pandangan manusia, selagi kejahatan itu belum dilahirkan dan terjadi, dia belum dianggap jahat. Tetapi di sisi Tuhan, ia tetap dianggap jahat sebab sumber kejahatan itu sudah ada pada dirinya.Bila manusia terjangkit penyakit tidak takut dan tidak cinta Tuhan artinya jati diri orang itu sudah roboh. Ketahanan dirinya sudah roboh. Bila ketahanan diri sudah roboh, maka dengan mudah berbagai kejahatan akan masuk ke dalam dirinya. Kenapa bisa begitu?karena asas kejahatan, atau tapak bagi kejahatan itu sudah ada di dalam hatinya. Bila orang tidak takut Tuhan, dia tidak takut hendak berbuat jahat dengan makhluk Tuhan. Bila orang tidak cinta Tuhan, otomatik dia tidak cinta dengan makhluk Tuhan. Sebab itu kalaupun dia belum mengganggu orang, tetapi asas kejahatan sudah ada, yakni tidak takut dan tidak cinta Tuhan, itu sudah dianggap kejahatan pada pandangan Allah. Jati dirinya sudah tumbang. Pintu kejahatan sudah terbuka luas. Ibarat bom waktu yang Maha Dahsyat, hanya tinggal menunggu waktu saja, hendak dibuat atau tidak.
Bila tidak takut dan tidak cinta Tuhan, terkadang dengan kejahatan orang lain, dia pun ikut menjadi jahat. Contoh: Misalnya dalam pergaulan, ada kawan-kawannya yang berbuat kesalahan, maka dia tidak tahan dan tidak sabar. Lantas dia marah marah. Artinya dengan kejahatan orang, dia pun ikut menjadi jahat, ikut mengumbar amarah dan mazmumah. Inilah yang dikatakan jati dirinya sudah tidak ada. Padahal yang jahat orang lain tetapi dia pun ikut berbuat jahat karena jati diri sudah tiada. Semestinya kalau orang lain berbuat jahat, biarlah orang itu saja yang jahat. Tetapi dia tidak tahan. Dengan kejahatan orang lain, dia pun ikut berbuat jahat. Sebab itulah kalau orang takut dan cinta pada Tuhan, artinya hati orang itu bersih daripada benih kejahatan. Bila benih kejahatan tidak ada, tidak mungkin benih itu akan tumbuh subur. Kejahatan dapat subur itu kalau ada benihnya. Orang berkata, benih itu kalau dipupuk dia akan akan subur tetapi kalau benih tidak ada, tidak mungkin akan subur.
Bila seseorang ada rasa takut dan cinta Tuhan, bermerbagai macam kejahatan susah hendak masuk dalam dirinya. Contoh, misalkan kita seorang suami, pulang ke rumah pukul 12 malam. Kita ketuk pintu, memberi salam, isteri tidak bangun-bangun. Sudah lama kita ketuk, barulah dia membuka pintu. Apa kata hati kita? “Mungkin dia mengantuk.Masa orang yang mengantuk tidak dimaafkan?.” Kita disitu masih dapat berlapang dada. Tapi kalau kita tidak takut dan tidak cinta Tuhan, kalaulah kita bukan seorang penampar muka isteri, amarah kita sudah keluar membara berkobar-kobar meruntuhkan mahligai pernikahan.
Contoh lain, kita bergaul dalam masyarakat, tiba-tiba ada orang berbuat jahat terhadap kita. Hati kita bersangka baik, “Dia tidak merasa agaknya, dia sepertinya tidak sengaja.” Ataupun kita takwilkan, “Dosa apa yang aku perbuat sampai Tuhan menghukumku seperti ini. Sehingga kawanku dapat berbuat jahat begini, padahal dia kawan baik pula. Ini pasti karena ada dosa atau kesalahan saya kepadanya.” Bila dia sudah memiliki rasa takut dan cinta Tuhan, dia dapat berlapang dada.
Kalau kita kaji secara halus atau tersirat, oleh karena Allah sebenarnya sayang kepada maka kita, kesalahan kita cepat dibalas supaya di akhirat berkurang hukuman kita.
Contohnya, ada sebuah kisah di dalam kitab.Sebuah keluarga, si suami pedagang emas. Dia keluar pagi, malam baru kembali. Suami isteri ini orang yang taat beragama. Mereka memiliki seorang pegawai lelaki yang baik. Suatu hari waktu suami tiada di rumah, pegawai itu mengulurkan satu barang pada isteri tuan rumah dari balik pintu, dari luar rumah. Mereka tidak saling memandang satu sama lain. Entah bagaimana waktu mengulurkan barang itu, pegawai itu tidak sengaja memegang tangan perempuan ini. Perempuan itu merasa pegawai itu memegang tangannya dengan bernafsu. Perempuan itu tidak marah tetapi dia berfikir dosa siapa yang menyebabkan peristiwa itu terjadi dan Allah izinkan terjadi. Apakah dosa dia atau dosa suaminya. Ketika suami kembali, dia bertanya pada suaminya,”Saya minta abang jangan berbohong. Waktu abang di toko emas tadi, apa yang terjadi?” Suami itu orang yang takut Tuhan. Dia berkata,”Tadi abang bersalah. Syaitan menggoda abang. Ada perempuan membeli cincin, abang sarungkan cincin dan abang pegang tangannya dengan bernafsu.” Perempuan itu berkata,”Patutlah saya terkena hukuman Tuhan, abang pun terkena hukuman Tuhan. Pegawai yang baik itu memegang tangan saya. Ini hukuman bagi abang.”
Inilah cerita dalam kitab. Kadang-kadang karena Allah sayang kepada seseorang, maka Dia tidak biarkan kesalahan hambanya terlalu lama. Tuhan menghukumnya. Bila orang sudah cinta Tuhan, artinya ketahanan dirinya sudah wujud. Di sinilah rahasia mengapa gejala negatif dalam masyarakat sulit hendak diberantas. Karena orang jahat dan orang yang hendak memperbaiki kejahatan itu pun sama-sama tidak takut Tuhan.
Antara murid dengan guru, guru pening kepala dengan kejahatan murid seperti membolos, tidak displin, tidak membuat pekerjaan rumah. Dia berfikir, “Jahat betul murid saya ini.” Kenapa dia merasakan muridnya jahat? Karana dia tidak membuat kejahatan seperti yang dibuat murid itu, maka dia merasa muridnya jahat. Tetapi sebenarnya dia pun berbuat kejahatan lain sehingga Tuhan membalasnya. Guru tidak tawuran, murid tawuran. Tetapi kenapa dia tidak dapat mendidik muridnya? Sebab dia pun berbuat kejahatan. Cuma kejahatannya tidak sama. Misalnya di rumah suka menempeleng isteri, dsb. Bagaimana orang jahat hendak memperbaiki orang jahat?
Karena itu jika terjadi gejala social negatif dikalangan pemuda pemudi, kalau ingin menangani kejahatan itu, guru atau menteri, jangan hanya mencari kesalahan pemuda-pemudi. Carilah kejahatan sendiri dan bertaubat. Kalau terus bertindak sedangkan kita, menteri, guru, tidak nampak kejahatan sendiri, maka itulah sebabnya Allah tidak menolong kita.
Oleh karena itu setiap orang yang hendak menangani gejala masyarakat, dia hendaklah berfikir dulu apa dosanya. Hendaklah dia bertaubat dan minta tolong dengan Tuhan. Barulah menangani masalah. Barulah Tuhan akan menolong. Tetapi ilmu ini sudah tidak diamalkan lagi sekarang. Guru nampak murid murid jahat tetapi dia tidak merasa dirinya jahat. Begitulah juga kalau politisi hendak memperbaiki masyarakat. Masyarakat ada kejahatannya sendiri manakala orang politik pun ada kejahatan sendiri. Mungkin dia tidak suka berkelahi seperti masyarakatnya tetapi mungkin dia mengamalkan sogok dan suap. Bagaimana orang jahat hendak memperbaiki kejahatan orang lain?
Mana ada orang sekarang mengatakan bahwa segala kejahatan adalah berawal dari manusia tidak takut dan tidak cinta Allah? Ini ilmu yang tersirat. Tidak takut dan tidak cinta pada Allah adalah sumber kejahatan.
Bagi orang yang takut dan cintakan Tuhan, dia tidak cepat bertindak. Dia berfikir dahulu. Mungkin suatu hal itu terjadi karena dosanya. Dia pun bertaubat. Kalau dia fikir-fikir tetapi dia tidak berjumpa dosanya maka dia bertanya kepada Allah, walaupun dia tidak tahu dosanya apa, tapi dia tahu dia bersalah jadi dia minta ampun. Setelah itu barulah dia minta Allah menolong dia. Sebab itulah Rasulullah, walaupun orang melempar batu dan pasir padanya, dia doakan supaya orang itu diberi petunjuk.
Jadi kalau orang berbuat jahat pada kita, kita pun hendak membalasnya, maka artinya kita sama-sama jahat. Orang yang baik, dia tidak akan langsung bertindak. Yang paling baik, dia minimal akan berfikir, apa dosanya sehingga ada orang yang berbuat jahat padanya. Dia senantiasa berbaik sangka atau khusnuzon dengan Allah. Perasaan atau hati seperti ini adalah hasil dari cinta dan takut pada Allah.
Jadi bagi orang yang hendak memperbaiki masyarakat, tidak boleh hanya membuat undang undang dan peraturan saja. Kejahatan datang dari hati yang tidak takut dan tidak cinta pada Allah. Mestinya kita betulkan hati dahulu supaya takut dan cinta kepada Tuhan.
Takut dan cinta Tuhan adalah ibu segala kebaikan. Tetapi kalau tidak takut dan tidak cinta Tuhan, itulah ibu segala kejahatan
Ke arah mana kita hendak membangun?
Wallahu A’lam Bi sawab!


0 komentar:

Posting Komentar